Akhirnya saya kembali
berpetualang di tempat ini setelah 10 tahun lalu terakhir saya berkunjung
kesini.
Seperti cerita ku
kemarin di postingan lalu. Biar ada yang bisa di kenang akan saya tulis biar
everlasting di memory perjalanan kali ini .
Kali ini aku bawa junior
aku di kantor dan salah satu teman cewek dikantor biar klop, karena aku kan
bawa Mr Big juga, rencananya tadi mau bawa satu teman lagi namun gagal
karena satu dan lain hal. Dari pagi Mr Big sudah semangat sekali namun tetap
seperti biasa barang-barang perlengkapan tetap mesti saya yang alot dan mengingatkan
dan selalu menjadi pengingat dan packing, dia cuma tahu mandi dan berangkat,
dan jam 10 Pagi saya berangkat menjemput juniorku dulu, baru kita langsung
jemput yang satunya lagi. Sembari beli snack dan makan siang di jalan buat
disana nanti. Jam 11 siang akhirnya kami menuju ke Bantimurung.
Bantimurung terletak di
Kabupaten Maros, salah satu kabupaten terdekat dari Makassar, ditempuh waktu
sekitar 30 menit untuk sampai kesana, dari pusat kota Maros sekitar 12 km untuk
masuk ke pintu Gerbangnya yang sangat khas, ada kupu-kupu raksasa dan juga
monyet yang sedang menggaruk kepala setinggi 20-an meter yang sudah usang sih.
Saya ingat patung monyet ini ada sudah sejak 10-an tahun lalu.
Sampai disana langsung
cari parkir, ditengah suasana teriknya matahari namun masih terasa angin
sepoi-sepoi karena hawa sekitar dikeliling pegunungan yang rindang. Untuk masuk
mobil dikenakan pajak retribusi parkir sebesar Rp 2,000,- lalu setelah parkir
kita akan berjalan beberapa puluh meter ke dalam melewati penjual jajanan dan
jagung bakar. Saat memasuki loket harga tertera bagi dewasa dan anak-anak sama
yaitu Rp20,000,- dan bagi Turis / WNA Rp. 50,000,-. Segera otak saya berputar
setelah melihat tarif tersebut langsung saya suruh Mr Big menjauh dulu baru
beli tiket 4 buah.
Awalnya sih pengen masuk
aja langsung namun karena postur Mr Big beda sama pengunjung lain ya ilehhh
mana bisa disembunyiin, karena tahu saya mau lakukan itu Mr Big langsung marah
dan bilang " kan saya sudah punya KITAS, saya kan penduduk lokal juga, saya
bukan turis bilang sama petugas kalo saya juga penduduk sini kok!" wah
benar juga ternyata setelah saya masuk ke pintu, petugas langsung nanya ini
tiketnya termasuk Mas Bule nya juga, langsung saya bilang iya, soalnya dia juga
punya KITAS kok bukan Turis pendatang, dia sudah tinggal disini, dan tumben
mereka welcome dan suruh masuk. Woow sempat kaget juga lumayan menghemat 30
ribu! Pengalaman dimanapun kalau masuk tempat wisata selalu WNA dibedakan
tarifnya, jadi kesel juga, bedanya sangat timpang.
Setelah masuk kedalam
akhirnya kita langsung memilih naik ke atas tangga naik diatas air terjun,
pengunjung awalnya siang itu masih lengang namun lama kelamaan tambah banyak,
pengunjung menggelar tikar yang di sewa Rp30,000/ tikar dengan jangka waktu tak
terbatas. Mr Big protes lagi soal tikar ini sampai akhirnya kita tak menyewa
tikar malah sibuk duduk di batu yang dibuat untuk memagari aliran air dari air
terjun. Namun ini setelah menaiki anak tangga dan berjalan melewati hutan yang
berhawa sejuk hingga ke gua yang didalamnya ada beberapa peninggalan jejak
tempat solat Raja Bantimurung jaman dulu.
Masuk ke gua mesti bawa
senter yang disewa Rp 15,000/ senter, saya sendiri tak naik keatas, hanya Mr
Big dan Juniorku yang naik keatas. Katanya gelap diatas! Dan kami juga sempat
makan bawaan nasi kuning kami diatas, sayang di danau kecil alami tak bisa
diizinkan berenang lagi. Karena sering nya kejadian pengunjung tenggelam dalam
beberapa tahun lalu. Padahal airnya warna hijau bening.
Lalu kami pun melangkah
turun kembali, suara-suara burung alami sangat mendamaikan jiwa, dan tentunya
hawa sejuk yang jarang saya nikmati dikepadatan Makassar, serasa berada
diantara dua gunung terbelah yang hijau dan sejuk. Disepanjang jalan ke goa
banyak penjual minuman, lalu kami pun turun ke bawah, seperti biasa Mr Big suka
protes masalah aturan merokok di negeri ini, ada tulisan dilarang merokok namun
pengunjung dengan acuh mengisap rokok sembari berjalan, membuat Mr Big suka
teriak " Dilarang Merokok" tapi malah yang dengar dikira bercanda.
setapak yang dilalui setelah menaiki anak tangga dan nampak rimbun |
Lalu kami pun singgah
dulu di rumah teman yang tak jauh dari lokasi pariwisata ini, sembari
silaturrahmi juga, hobby utama kami adalah silaturrahmi. Sembari mengunjungi
bayi lucu mereka. Kadang berkunjung seperti ini memberi makna hidup bagi saya.
Banyak pelajaran hidup yang selalu kudapatkan dalam setiap kunjungan.
Oh ya sebelum trip hari
ini berakhir, kami pun singgah di salah satu tempat favoritku untuk menikmati
hidangan bernunasa timur tengah "Mahadhir Canai House". Resto
sederhana yang menawarkan berbagai menu utama roti dan
harganya sangat terjangkau karena lokasinya memang dekat kampus. 3 buah roti (
roti planta, roti tampal dan roti boom madu) serta teh tarik menjadi hidangan
menutup perjalanan kami hari ini.
0 comments:
Post a Comment